DPR RI Apresiasi Fasilitas SMK 3in1 di Banda Aceh

03-08-2011 / KOMISI X

Pujian dan apresiasi meluncur dari hampir semua anggota Tim Kunker Komisi X DPR RI usai meninjau komplek pendidikan yang terdiri dari gabungan 3 SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dengan jurusan berbeda di Lhoong Raya, Banda Aceh. Sekolah yang dibangun pasca tsunami dengan dukungan pemerintah Federal Jerman ini  memiliki fasilitas lengkap, mulai dari gedung sampai dengan sarana prasarana pendukung lainnya.

“Kita mengunjungi beberapa sekolah selama di Aceh dan SMK 1, 2, 3 itu luar biasa. Kalau kita lihat gedung dan kelengkapannya, SMK di Pulau Jawa saja lewat. Kita dorong semua betul-betul berfungsi,” kata Ketua Tim Kunker Atut Adianto dalam pertemuan dengan jajaran Dinas Pendidikan NAD, di Banda Aceh, Rabu (27/7). Ia menambahkan sekolah yang dikunjungi seperti SMAN 4, SMA boarding Fajar Harapan, SMP 19 dan SDN 67 dinilainya baik dan berhasil menjadi percontohan.

Anggota Komisi X Hetifah juga menyampaikan pendapat senada. “Saya hari ini mendapatkan kesan yang luar biasa, walaupun ada beberapa informasi yang harus didalami. Namun secara umum hampir semua sekolah luar biasa, baik kualitas fisik, metode maupun guru-gurunya,” kata politisi Partai Golkar ini. Namun ia menyayangkan hanya berkesempatan meninjau sekolah yang masuk kategori percontohan yang bisa dipastikan mendapat fasilitas lebih baik dari pemerintah. “Sayangnya kami tidak memperoleh kesempatan untuk membandingkan kondisi di kabupaten lain.”

Lebih jauh ia mengkhawatirkan telah terjadi disparitas kualitas pendidikan di Aceh baik antar sekolah maupun antar daerah. Indikasinya bisa dilihat dari hasil UN tingkat SMA pada tahun 2011 ini, provinsi NAD ternyata berada pada posisi 5 daripropinsi terburuk tingkat kelulusan siswa. Bahkan ada satu sekolah di kabupaten Simeulue seluruh siswa dinyatakan tidak lulus UN. Fakta ini berbanding terbalik dengan keberhasilan SMA percontohan Fajar Harapan yang siswanya berhasil meraih nilai UN tertinggi secara nasional. “Apa strategi pemerintah provinsi mengurangi kesenjangan antar daerah?” tanya Hetifah.

Sekretaris Dinas PendidikanAceh, Zulkifli Saidi menjelaskan SMK 3 in 1 dibangun pasca tsunami 2004 yang telah memporak-porandakan banyak sekolah di Banda Aceh. Pemerintah Jerman  membantu pembangunan kembali tiga SMK yang disatukan pada satu komplek di lokasi baru di Gampong Lhoong Raya, kecamatan Banda Raya, Banda Aceh.

Sekolah ditata dengan standar internasional, perlengkapan belajar mengajar seperti alat peraga, buku, alat perbengkelan, dan kebutuhan siswa lainnyadidatangkan dari negara yang dikenal memimiliki sistem pendidikan kejuaran terbaik di dunia iniUntuk meningkatkan kapasitas, para guru juga diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan di Jerman dan di beberapa negara lain. 

Salah satu tantangan pengembangan pendidikan di daerah saat ini adalah penerapan otonomi yang salah kaprah. Zulkifli menambahkan Dinas Pendidikan di tingkat provinsi tidak dapat optimal dalam melakukan koordinasi dengan dinas di Kabupaten dan Kota. “Dengan penerapan otonomi maka Kepala Dinas kabupaten dan kota bukan bawahan dari Kepala Dinas propinsi, guru di kabupaten kota adalah bawahan bupati dan walikota. Sehingga banyak hal yang kita lakukan, termasuk agenda nasional terganggu dengan otonomi ini,” tandasnya.

Ia memberi contoh kasus gagalnya seluruh siswa SMA Simeuleu dalam ujian nasional tahun ini. Tudingan mengarah pada kebijakan Dinas di tingkat provinsi, namun faktanya seluruh kendali terhadap sekolah mulai dari pengangkatan guru sampai kepala sekolah berada di tingkat kabupaten. Ia meminta kondisi ini hendaknya menjadi perhatian anggota Komisi X DPR RI. Menurutnya otonomi pada dunia pendidikan sejauh ini sama sekali tidak efektif.

Apresiasi untuk Perpustakaan Aceh

Salah satu gedung yang rusak parah dan tidak dapat digunakan pasca tsunami adalah Perpustakaan dan Arsip Aceh. Hampir seluruh koleksi, rak buku, meja dan kursi baca, serta jaringan LAN hancur total. Perpustakaan tidak dapat melayani publik selama beberapa bulan dan baru dibuka kembali pada bulan Mei 2005.

Dalam kunjungan Tim Kunker ke Perpustakaan yang terletak di Jalan Tjut Nyak Arief, Banda Aceh ini hampir semua memberikan apresiasi. “Saya semula underestimate karena pada kunjungan ke 6 perpustakaan di daerah lain semua mengecewakan. Baru kali ini kami melihat pustakaan yang memenuhi harapan kami. Penataan dan jumlah pengunjung yang datang cukup tinggi,” kata anggota Komisi X, Oelfah AS. Harmanto.

Ia menyatakan siap mendukung upaya peningkatan kapasitas perpustakaan yang saat ini sedang diajukan kepada pemerintah. “Kami harap proposal yang telah disampaikan kepada menteri PPN/Kepala Bappenas dapat disampaikan tembusannya kepada Komisi X. Kita dalam posisi siap mengawal usulan tersebut, “ demikian Oelfah. (iky) foto:ik/parle

BERITA TERKAIT
Sampaikan Dua Catatan, Komisi X Setujui Naturalisasi Tim Geypens, Dion Markx dan Ole Romenij
03-02-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi X DPR RI memutuskan menyetujui rekomendasi pemberian kewarganegaraan RI terhadap tiga atlet sepak bola, yakni Tim...
Komisi X Akan Awasi Perubahan Sistem Penerimaan Murid Baru dari Zonasi ke Domisili
02-02-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Lalu Hadrian Irfani menyampaikan bahwa pihaknya akan melakukan pengawasan atas perubahan...
Komisi X Tinjau Sekolah Rusak di Ogan Ilir, Butuh Perbaikan Segera
01-02-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Ogan Ilir – Selain tingginya angka putus sekolah, kondisi sarana pendidikan yang mengalami kerusakan, baik ringan maupun berat, menjadi...
Sofyan Tan: Pengangguran di Sumut Tinggi, BPS Harus Ungkap Penyebabnya
01-02-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Medan – Anggota Komisi X DPR RI, Sofyan Tan, meminta Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap faktor penyebab tingginya angka...